Jumat, 06 November 2015

Burung Pembawa Hikmah




Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham berbincang-bincang dengan salah seorang muridnya dalam tasawuf yang bernama Syaqiq al Bakhi.
 Ibrahim lalu bertanya kepada sangmurid, “apa pekerjaanmu sebelum menjadi muridku ?”
“saya seorang pengusaha dari Balkh, Tapi karena tertarik pada tasawuf saya tinggalkan bisnis saya” jawab Syaqiq.
Ibrahim bertanya,” kenapa kamu tinggalkan bisnismu kemudian menjadi pengikutku ?”
“Pada saat menjadi pengusaha, saya selalu dilanda gelisah, resah, dan merasa dalam kondisi ketidakpastiaan tentang masa depan usaha saya.  Sampai pada suatu ketika saya berada di daerah padang pasir yang jauh dari keramaian, saya melihat seekor burung yang jatuh karena sayapnya patah.  Maka saya menjadi terharu, iba dan kasian dan dalam hati berpikir pastilah nantinya burung itu akan mati karena tidak bisa mencari makan ” Jawab Syaqiq.
 “tidak lama kemudian tiba-tiba datang seekor burung lain yang terbang dan menghampiri burung yang patah sayap tadi, diparuhnya ada makanan, lalu dijatuhkannya makanan itu untuk burung yang patah tadi lalu terbang lagi. Lanjut Syaqiq.
Dalam benak hati saya berkata” Burung yang patah sayap saja masih mendapat makanan dan bisa melanjutkan hidupnya dalam kondisi apapun, tentu manusia lebih dari itu.” Terang Syaqiq lagi.
Ibrahim pun langsung menjawab “ Syaqiq, mengapa engkau hanya berpikir menjadi burung yang patah sayap itu, sementara engkau tidak berpikir untuk menjadi burung yang terbang dan memberikan makanan kepada sesamanya yang kelaparan dan membutuhkan”.
Sang guru pun memberi nasihat “ seharusnya engkau berusaha menjadi burung yang memberikan makanan itu, sebab umat islam dianjurkan menjadi umat yang produktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar